🇮🇩 Indonesia

ARTICLE

Kenali 5 Jenis Stress Test yang Sering Digunakan dalam IT

14 minutes

read

2 Jul 2024

Stress testing telah menjadi bagian penting dalam proses pengembangan perangkat lunak dan infrastruktur IT. Melalui stress testing, pengembang dapat mengetahui batas kemampuan sistem mereka dan mengidentifikasi potensi kegagalan sebelum produk diluncurkan. Saat ini jenis stress test pun semakin beragam dan berkembang berdasarkan keunggulan masing-masing. Dalam artikel ini akan membahas lima jenis stress test yang sering digunakan dalam dunia IT.  

Mengenal Stress testing

Stress test (tes stres) merupakan metode pengujian yang digunakan dalam berbagai bidang, termasuk teknologi informasi (IT), untuk mengevaluasi performa suatu sistem atau komponen di bawah kondisi beban ekstrem atau maksimal. Tujuan utama dari stress test adalah untuk mengukur batas kemampuan sistem atau komponen tersebut serta mengidentifikasi potensi titik lemah atau kegagalan. Secara umum, stress test dilakukan dengan memberikan beban atau tekanan yang lebih besar daripada yang biasanya dihadapi oleh sistem dalam kondisi operasional sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk menguji kemampuan sistem dalam menangani situasi ekstrim seperti lonjakan pengguna, volume data yang besar, atau permintaan yang sangat tinggi dalam waktu singkat. Adapun beberapa tujuan khusus dari stress test meliputi:

  • Identifikasi Batas Kemampuan: Mengukur batas maksimal atau kapasitas sistem dalam menangani beban tertentu sebelum performanya mengalami penurunan yang signifikan.

  • Menemukan Titik Kegagalan: Mengidentifikasi komponen atau area sistem yang mungkin gagal atau mengalami masalah saat dihadapkan pada kondisi stres.

  • Memvalidasi Kinerja: Memastikan bahwa sistem atau aplikasi tetap berkinerja optimal dan stabil bahkan ketika dihadapkan pada kondisi yang tidak biasa atau ekstrem.

  • Mengoptimalkan Konfigurasi: Memeriksa bagaimana perubahan konfigurasi atau pengaturan sistem mempengaruhi performa dan stabilitasnya di bawah beban maksimal.

  Baca juga : Panduan Lengkap Melakukan Stress Test pada Sistem dan Aplikasi  

Manfaat Stress Test bagi organisasi IT

Stress test memberikan beberapa manfaat penting bagi organisasi IT dalam mengelola dan mengoptimalkan infrastruktur serta aplikasi mereka. Berikut beberapa manfaat utama dari stress test bagi organisasi IT:

  • Mengidentifikasi Masalah Potensial Sejak Dini Stress test membantu organisasi IT untuk mengidentifikasi masalah potensial pada sistem atau aplikasi mereka sejak dini. Dengan mensimulasikan kondisi beban tinggi atau ekstrim, seperti lonjakan pengguna atau transaksi dalam waktu singkat, stress test dapat menemukan titik lemah yang mungkin tidak terlihat saat kondisi normal. Misalnya, dapat mengungkapkan bug, memory leaks, atau masalah konfigurasi yang dapat mempengaruhi kinerja atau keandalan sistem.

  • Meningkatkan Kestabilan dan Kinerja Sistem Melalui stress test, organisasi dapat memastikan bahwa sistem mereka tetap stabil dan memberikan kinerja optimal bahkan saat dihadapkan pada beban maksimal atau kondisi stres. Dengan menguji batas kemampuan sistem secara teratur, mereka dapat mengidentifikasi dan mengatasi bottleneck, mengoptimalkan konfigurasi, atau melakukan tuning yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas layanan yang diinginkan.

  • Memastikan Kesiapan untuk Skala dan Pertumbuhan Stress test membantu organisasi untuk mempersiapkan infrastruktur IT mereka untuk skala dan pertumbuhan masa depan. Dengan mengetahui batas kemampuan dan performa sistem, mereka dapat merencanakan kapasitas dengan lebih baik. Hal ini penting terutama saat perusahaan mengalami pertumbuhan pesat atau ketika menghadapi situasi seperti peluncuran produk baru atau event besar yang dapat menyebabkan lonjakan lalu lintas.

  • Meningkatkan Pengalaman Pengguna Dengan memastikan bahwa sistem dapat menangani beban yang lebih besar dengan baik, stress test dapat meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Pengguna akan mendapatkan akses yang lebih cepat, layanan yang lebih andal, dan respons yang lebih baik dari sistem. Hal ini membantu menjaga kepuasan pengguna dan mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap produk atau layanan yang disediakan.

  • Mengurangi Risiko Downtime dan Kerugian Finansial Dengan mengidentifikasi masalah sejak dini dan memperbaiki kelemahan yang ditemukan, stress test dapat membantu mengurangi risiko downtime yang dapat berdampak pada operasional perusahaan dan kehilangan pendapatan. Downtime yang disebabkan oleh kegagalan sistem dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.

 

Jenis Stress Test yang Sering Digunakan dalam IT

Stress testing bukan hanya tentang menemukan titik kegagalan, tetapi juga tentang memastikan bahwa sistem dapat memberikan pengalaman pengguna yang andal dan konsisten, bahkan dalam kondisi paling menantang. Berikut jenis stress test yang sering digunakan.

1. Load Testing

Load testing adalah jenis stress test yang digunakan untuk menguji kemampuan suatu sistem, aplikasi, atau infrastruktur dalam menangani beban atau kapasitas tertentu. Tujuan utama dari load testing adalah untuk mengukur respons sistem terhadap beban yang diberikan dan menentukan apakah sistem masih dapat menjaga performa, responsibilitas, dan kestabilannya dalam kondisi beban normal hingga puncak. Cara Kerja Load Testing Load testing dilakukan dengan meningkatkan jumlah pengguna atau permintaan pada sistem secara bertahap sampai mencapai atau melebihi batas kapasitas maksimal yang direncanakan. Prosesnya melibatkan langkah-langkah seperti:

  • Perencanaan Scenario: Menentukan profil beban yang akan diujikan, seperti jumlah pengguna simultan, frekuensi permintaan, dan tindakan yang dilakukan oleh pengguna.

  • Pengaturan Pengujian: Menyiapkan lingkungan uji yang sesuai dengan skenario beban yang telah ditentukan, termasuk konfigurasi perangkat keras, jaringan, dan perangkat lunak.

  • Eksekusi Pengujian: Menjalankan pengujian dengan memasukkan beban pada sistem sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Data performa seperti waktu respons, throughput, dan penggunaan sumber daya dikumpulkan dan dianalisis.

  • Analisis Hasil: Menganalisis hasil pengujian untuk menentukan apakah sistem mampu menjaga performa dalam batas toleransi yang ditetapkan. Jika terdapat penurunan performa atau kegagalan, tim dapat mengidentifikasi penyebabnya dan merencanakan tindakan perbaikan.

Beberapa alat populer yang digunakan untuk melakukan load testing diantaranya:

  • Apache JMeter: Alat open-source yang mendukung pengujian beban untuk berbagai protokol dan teknologi seperti HTTP, FTP, JDBC, dan lain-lain. JMeter dapat mensimulasikan jumlah pengguna yang besar dan memonitor performa aplikasi secara detail.

  • LoadRunner: Alat komersial dari Micro Focus yang digunakan untuk melakukan pengujian beban, stres, dan performa aplikasi. LoadRunner dapat digunakan untuk menguji berbagai aplikasi seperti web, mobile, dan lainnya dengan skenario beban yang kompleks.

  • Gatling: Alat open-source yang menggunakan Scala sebagai bahasa pemrogramannya. Gatling dirancang untuk pengujian beban yang real-time dengan fokus pada performa tinggi dan skalabilitas.

  • BlazeMeter: Layanan cloud-based yang menyediakan platform untuk melakukan pengujian beban dan performa. BlazeMeter memungkinkan pengguna untuk mengatur skenario pengujian, menskalakan jumlah pengguna, dan menganalisis hasil pengujian secara mendalam.

Baca juga : Memperkuat Ketahanan Bisnis melalui Penerapan Integrasi ES-GRC (ESG & GRC)  

2. Performance Testing

Performance testing adalah jenis stress test yang digunakan untuk menguji kinerja suatu sistem atau aplikasi dengan cara mensimulasikan kondisi nyata atau skenario penggunaan yang berbeda. Tujuan utama dari performance testing adalah untuk mengukur dan mengevaluasi berbagai aspek performa sistem, seperti kecepatan, responsibilitas, kestabilan, dan scalability (skalabilitas). Cara Kerja Performance Testing Performance testing dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan skenario untuk menilai bagaimana sistem atau aplikasi berperforma dalam kondisi beban yang berbeda. Beberapa langkah umum dalam melakukan performance testing meliputi:

  • Perencanaan dan Persiapan: Menentukan tujuan pengujian, mengidentifikasi skenario pengujian yang relevan, dan mengumpulkan data baseline tentang performa sistem saat kondisi normal.Penyiapan

  • Lingkungan Uji: Menyiapkan lingkungan uji yang mencerminkan kondisi nyata, termasuk konfigurasi perangkat keras, jaringan, dan perangkat lunak yang relevan.

  • Eksekusi Pengujian: Menjalankan pengujian dengan menerapkan skenario penggunaan yang telah ditentukan, seperti jumlah pengguna simultan, volume data yang diproses, atau tingkat transaksi per detik. Mengumpulkan data performa seperti waktu respons, kecepatan pemrosesan, dan penggunaan sumber daya selama pengujian.

  • Analisis dan Pemantauan: Menganalisis data yang dikumpulkan selama pengujian untuk mengevaluasi performa sistem atau aplikasi. Mengidentifikasi bottleneck, memeriksa tingkat respons sistem terhadap beban, dan menentukan apakah performa memenuhi atau melebihi standar yang ditetapkan.

  • Pelaporan Hasil: Menyusun laporan tentang hasil pengujian, termasuk temuan dan rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan performa.

Beberapa contoh metode atau jenis performance testing meliputi:

  • Load Testing: Mengukur kinerja sistem saat menangani beban yang meningkat secara bertahap hingga mencapai atau melebihi batas maksimal yang direncanakan.

  • Stress Testing: Menguji batas kemampuan sistem dengan memberikan beban yang jauh lebih besar dari yang mampu ditangani dalam kondisi normal.

  • Endurance Testing: Mengevaluasi kinerja sistem atau aplikasi dalam jangka waktu yang lama untuk memastikan tidak ada penurunan performa atau masalah seperti memory leaks.

  • Scalability Testing: Menguji kemampuan sistem untuk menangani lonjakan pengguna atau volume data dengan meningkatkan jumlah pengguna atau permintaan secara bersamaan.

  • Volume Testing: Mengukur kinerja sistem saat memproses volume data yang besar, untuk menentukan apakah sistem tetap berperforma dengan baik atau mengalami penurunan saat beban data meningkat.

  Baca juga : Mengapa Contingency Plan dan Stress Test Penting untuk Bisnis Anda?  

3. Scalability Testing

Scalability testing adalah jenis stress test yang bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan suatu sistem, aplikasi, atau infrastruktur untuk menangani peningkatan beban atau volume yang lebih besar secara efisien dan tanpa mengalami penurunan signifikan dalam performa. Tujuan utama dari scalability testing adalah untuk mengukur dan memahami seberapa baik sistem dapat ditingkatkan (scale up) atau di-multiple (scale out) untuk menjaga kualitas layanan saat penggunaan atau kebutuhan meningkat. Cara Kerja Scalability Testing Scalability testing dilakukan dengan mensimulasikan peningkatan beban atau skenario penggunaan yang dapat terjadi seiring dengan pertumbuhan organisasi atau peningkatan dalam jumlah pengguna. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam melakukan scalability testing:

  • Perencanaan dan Penentuan Tujuan: Menentukan skenario dan tujuan dari pengujian, seperti meningkatkan jumlah pengguna simultan, volume data yang diproses, atau transaksi per detik.

  • Pengaturan Lingkungan Uji: Menyiapkan lingkungan uji yang mencerminkan kondisi nyata, termasuk konfigurasi perangkat keras, jaringan, dan perangkat lunak yang relevan.

  • Eksekusi Pengujian: Menjalankan pengujian dengan meningkatkan beban secara bertahap atau secara drastis untuk melihat bagaimana sistem menanggapi peningkatan beban. Pengujian dapat mencakup scaling up (menambah sumber daya pada sistem yang ada) atau scaling out (menambah node atau instance dalam sistem terdistribusi).

  • Pemantauan dan Pengukuran Performa: Mengumpulkan data performa seperti waktu respons, throughput, penggunaan CPU dan memori, dan lain-lain selama pengujian untuk mengevaluasi performa sistem.

  • Analisis Hasil: Menganalisis hasil pengujian untuk menentukan apakah sistem dapat di-skala secara efektif dan mempertahankan performa yang diharapkan saat beban meningkat. Identifikasi bottleneck atau titik lemah yang dapat membatasi kemampuan scaling sistem.

Contoh-contoh metode atau pendekatan dalam scalability testing meliputi:

  • Vertical Scalability Testing: Menguji kemampuan sistem untuk menangani peningkatan beban dengan meningkatkan sumber daya pada server tunggal, seperti RAM, CPU, atau penyimpanan.

  • Horizontal Scalability Testing: Menguji kemampuan sistem untuk mendukung peningkatan beban dengan menambahkan lebih banyak instance atau node ke dalam infrastruktur yang terdistribusi.

  • Elasticity Testing: Menguji kemampuan sistem untuk menanggapi secara otomatis terhadap fluktuasi permintaan dengan menyesuaikan kapasitas secara dinamis, baik menambah atau mengurangi sumber daya sesuai kebutuhan.

Baca juga : 11 Tantangan dalam Melakukan Stress Test dan Cara Mengatasinya  

4. Security Testing

Security testing adalah jenis stress test yang bertujuan untuk mengevaluasi keamanan suatu sistem atau aplikasi dengan mensimulasikan serangan atau ancaman keamanan yang mungkin terjadi. Tujuan utama dari security testing adalah untuk mengidentifikasi kerentanan atau celah keamanan yang dapat dieksploitasi oleh penyerang, serta memastikan bahwa sistem atau aplikasi dilengkapi dengan langkah-langkah keamanan yang memadai untuk melindungi data sensitif dan menjaga integritas serta ketersediaan sistem. Cara Kerja Security Testing Security testing dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik dan metode untuk mengeksplorasi, mengevaluasi, dan menguji kekuatan sistem atau aplikasi dalam menghadapi berbagai jenis serangan atau ancaman keamanan.

  • Identifikasi Kerentanan: Mengidentifikasi dan memahami potensi kerentanan atau celah keamanan yang mungkin ada dalam sistem atau aplikasi, baik dari sisi teknis (seperti bug perangkat lunak) maupun manusia (seperti kelemahan dalam kebijakan pengelolaan kata sandi).

  • Pengujian Terhadap Serangan: Melakukan pengujian untuk mensimulasikan berbagai jenis serangan, termasuk serangan denial-of-service (DoS), injection (SQL injection, XSS), man-in-the-middle (MITM), brute force attacks, dan lain-lain.

  • Analisis Keamanan: Menganalisis hasil pengujian untuk mengevaluasi respons sistem terhadap serangan atau ancaman keamanan yang dipilih. Mengidentifikasi apakah sistem mampu mendeteksi, mencegah, atau merespons serangan dengan benar.

  • Pemantauan dan Pemulihan: Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap sistem untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau pelanggaran keamanan. Mengembangkan rencana pemulihan untuk mengatasi insiden keamanan dan mengurangi dampak dari serangan yang berhasil.

Beberapa contoh metode atau jenis security testing meliputi:

  • Penetration Testing: Seorang ethical hacker (penetration tester) mencoba untuk mengeksploitasi kerentanan sistem dengan cara yang mirip dengan penyerang yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh seorang penyerang dapat masuk ke dalam sistem dan apa yang dapat mereka akses atau lakukan.

  • Vulnerability Assessment: Melakukan pemindaian sistem secara mendalam untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan yang ada, seperti bug perangkat lunak, konfigurasi yang tidak aman, atau masalah pengaturan akses.

  • Security Auditing: Melakukan audit terhadap kebijakan keamanan, prosedur, dan kontrol yang ada dalam organisasi untuk memastikan bahwa mereka sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.

  • Social Engineering Testing: Menggunakan teknik manipulasi psikologis untuk menguji ketahanan manusia dalam organisasi terhadap serangan seperti phishing atau penipuan melalui telepon.

Baca juga : 12 Indikator Bahwa Perusahaan Perlu Melakukan Stress Test Segera  

5. Stress Testing

Stress testing adalah jenis pengujian performa yang bertujuan untuk mengevaluasi kestabilan dan kinerja suatu sistem atau aplikasi dalam kondisi beban yang sangat ekstrem atau melebihi kapasitas normalnya. Tujuan utama dari stress testing adalah untuk mengidentifikasi batas maksimal kemampuan sistem serta memvalidasi bahwa sistem mampu bertahan dan tetap beroperasi dengan baik dalam situasi stres yang parah. Cara Kerja Stress Testing Stress testing dilakukan dengan meningkatkan beban atau tekanan pada sistem secara bertahap atau tiba-tiba untuk mengukur batas kemampuan dan responsibilitas sistem.

  • Perencanaan dan Persiapan: Menentukan skenario beban yang akan diujikan, seperti jumlah pengguna simultan, volume data yang diproses, atau transaksi per detik. Memastikan lingkungan uji terisolasi dengan baik dari produksi untuk menghindari dampak negatif.

  • Eksekusi Pengujian: Menjalankan pengujian dengan memberikan beban yang meningkat secara bertahap atau mendadak pada sistem. Misalnya, meningkatkan jumlah pengguna secara drastis atau meningkatkan volume data yang diproses.

  • Pemantauan dan Pengumpulan Data: Memantau kinerja sistem secara real-time selama pengujian untuk mengumpulkan data seperti waktu respons, throughput, penggunaan CPU dan memori, serta tingkat error atau kegagalan.

  • Analisis Hasil: Menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengevaluasi performa sistem dan mengidentifikasi apakah ada penurunan performa atau masalah yang muncul saat sistem berada di bawah tekanan maksimal. Menentukan apakah sistem telah memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan sebelumnya.

Beberapa contoh skenario dan teknik yang sering digunakan dalam stress testing meliputi:

  • Sudden Spike Testing: Mensimulasikan lonjakan tiba-tiba dalam jumlah pengguna atau permintaan, misalnya saat peluncuran produk atau ketika ada event besar yang menyebabkan lonjakan lalu lintas.

  • Constant Load Testing: Memberikan beban konstan pada sistem untuk jangka waktu yang lama untuk menguji daya tahan sistem terhadap beban yang konsisten.

  • Resource Exhaustion Testing: Menguji kemampuan sistem untuk menangani kekurangan sumber daya, seperti penggunaan memori yang tinggi atau konsumsi CPU yang intensif.

  • Failover Testing: Menguji respons sistem terhadap kegagalan hardware atau perangkat lunak dengan beralih ke komponen cadangan atau backup dan memeriksa apakah proses failover berjalan dengan lancar.

Baca juga : 7 Jenis Stress Test yang Perlu Dilakukan untuk Mengidentifikasi Risiko  

Memilih Jenis Stress Test yang Tepat

Memilih jenis stress test yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa sistem atau aplikasi IT dapat diuji secara efektif sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengujian.

  • Pahami Tujuan Pengujian Sebelum memilih jenis stress test, pahami dengan jelas tujuan dari pengujian yang akan dilakukan. Apakah ingin mengukur performa sistem di bawah beban maksimal, mengevaluasi keamanan aplikasi terhadap serangan, atau memastikan sistem dapat mengatasi lonjakan pengguna? Memahami tujuan ini akan membantu organisasi menentukan jenis stress test yang paling sesuai.

  • Identifikasi Lingkungan dan Kasus Penggunaan Kenali lingkungan di mana sistem akan beroperasi dan skenario penggunaan yang mungkin terjadi. Misalnya, apakah sistem akan dihadapkan pada lonjakan pengguna yang tiba-tiba, kebutuhan untuk skalabilitas yang cepat, atau membutuhkan keamanan tingkat tinggi terhadap ancaman eksternal? Pilih jenis stress test yang dapat mensimulasikan kondisi ini secara realistis.

  • Konsultasikan dengan Tim Teknis Libatkan tim teknis atau pengembang yang terlibat langsung dengan sistem atau aplikasi untuk mendapatkan masukan tentang jenis stress test yang paling relevan dan bermanfaat. Mereka dapat memberikan wawasan tentang area kritis yang perlu diuji dan menyarankan metode atau alat yang paling cocok untuk menguji kehandalan atau performa sistem.

  • Gunakan Metrik yang Relevan Tentukan metrik atau parameter kinerja yang ingin Anda evaluasi selama pengujian. Apakah ingin fokus pada waktu respons, throughput, penggunaan sumber daya, atau kestabilan sistem dalam menghadapi beban maksimal? Pilih jenis stress test yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengukur performa atau keamanan sistem dengan akurat.

  Baca juga : Strategi Bisnis Digital: Transformasi Perusahaan dalam Era Digital  

Contoh Penerapan Stress Test dalam IT

Dalam artikel ini akan mengulas salah satu contoh penerapan Load Testing untuk menguji kinerja E-commerce. Dengan tujuan untuk menguji kinerja platform e-commerce dalam menangani beban penggunaan yang tinggi selama periode penjualan atau promosi besar.

  • Perencanaan Menentukan skenario beban yang mencerminkan jumlah pengguna, jumlah transaksi, dan akses ke halaman produk selama periode lonjakan aktivitas, seperti pada saat Black Friday atau Hari Belanja Online.

  • Pengaturan Lingkungan Uji Menyiapkan lingkungan uji yang mencakup replika infrastruktur produksi, termasuk server, database, dan jaringan yang digunakan dalam produksi sehari-hari.

  • Eksekusi Pengujian Menjalankan load testing dengan meningkatkan jumlah pengguna secara bertahap hingga mencapai atau melebihi batas maksimal yang diharapkan selama periode lonjakan. Mengumpulkan data tentang waktu respons, throughput, dan performa infrastruktur.

  • Analisis Hasil Menganalisis hasil load testing untuk mengidentifikasi titik-titik lemah atau bottleneck dalam sistem, seperti server yang overload atau database yang lambat dalam memproses transaksi. Memastikan bahwa sistem dapat menangani lonjakan lalu lintas tanpa mengalami penurunan signifikan dalam performa atau keandalan.

  • Contoh Hasil Load testing pada platform e-commerce menunjukkan bahwa server database mengalami beban berat saat puncak jam belanja, yang memperlambat waktu respons halaman checkout. Analisis ini memungkinkan tim IT untuk melakukan tuning pada konfigurasi database atau menambah kapasitas server untuk meningkatkan performa selama periode lonjakan aktivitas.

 

Kesimpulan

Stress test bukan hanya sekadar uji coba, tetapi merupakan bagian penting dari strategi pengujian dan pengembangan dalam dunia IT. Dengan melakukan stress test secara teratur dan sistematis, organisasi dapat meningkatkan keandalan, stabilitas, dan kinerja sistem mereka, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan teknis yang mungkin timbul di masa depan.

Butuh konsultasi lebih lanjut tentang

Business Strategy

Share on :

Baca Juga Insight lainnya

ARTICLE

17 Jan 2025

Bikin Produksi Terhambat, Ini Masalah Umum Distribusi dan Solusinya

ARTICLE

16 Jan 2025

Apa Itu Fast Moving dan Slow Moving Stock?

ARTICLE

14 Jan 2025

17 Tantangan Bisnis 2025, Pentingnya Ketahanan Bisnis di Tengah Ketidakpastian

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

OPTIMIST

OVERJOYED

OUTSTANDING

Part of

© 2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Brand & Website by

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

OPTIMIST

OVERJOYED

OUTSTANDING

Part of

© 2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Brand & Website by

Proxsis & Co. HQ

Gd. Permata Kuningan Lt. 17, Jl. Kuningan Mulia, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920

P:

(021) 837 086 79

M:

(+62) 811-1797-485

E:

cs@proxsisgroup.com

East Office

AMG Tower Lantai 17, Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan, Surabaya, East Java, Indonesia 60234

P:

(031) 825 17 000

M:

(+62) 811-1798-353

E:

cs.sby@proxsisgroup.com

OPTIMIST

OVERJOYED

OUTSTANDING

Part of

© 2025

PT. Proxsis Solusi Bisnis

Brand & Website by